Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

Sedekah Pedusun / Belanger

Adat Belanger Kel. Muara Dua (2017)

Adat Belanger / Sedekah Pedusun

MUARA DUA POS : Muara Dua  merupakan salah satu dusun atau desa dikawasan di Kota Prabumulih yang juga menjadi salah satu cikal bakal berkembangnya kota Prabumulih saat ini. Seiring perkembangan waktu desa kami berkembang menjadi kelurahan yakni kelurahan Muara Dua.

Di dusun Muara Dua ini banyak tersimpan kearifan lokal. Sebagian dari nilai-nilai tradisi tersebut masih ada yang tetap dipertahankan hingga saat ini, dan sebagian sudah tidak dipakai karena tergerus perkembangan zaman modernisasi. Sehingga banyak sekali adat atau kebiasaan dari masyarakat Muara Dua sudah tidak dipakai sama sekali, dan lambat laun hilang ditelan waktu. Dan ini saat nya penulis sebagai putra daerah untuk mengarsipan atau menyimpan catatan sejarah Dusun Muara Dua ini.

Sebelum berstatus kelurahan, Dusun Muara Dua ini dipimpin oleh soerang Kerio/Kerie, kalau saya tidak salah setidaknya sudah 5 atau 6 kali pemilihan Kerie ini. Sebagaimana masyarakat adat lain di Sumsel, tata pemerintahan di dusun Muara Dua dilaksanakan berdasarkan Undang-Undang Simbur Cahaya. Dengan ketentuan tersebut, maka pemilihan dilakukan dengan mekanisme Pemilihan Langsung sebagaimana yang kita lewati saat PEMILU DPR/DPD dan PEMILIHAN PRESIDEN-WAKIL PERSIDEN tahun 2014 lalu. Pemilihan tersebut dilakukan dengan mekanisme mancang. Sampai kemudian status dusun Muara Dua  lambat laun menjadi desa dan Kelurahan [sejak 1990-an], kearifan lokal dalam praktek demokrasi tersebut luntur. Sampai saat ini pemerintahan Muara Dua dikepalai oleh seorang pejabat Lurah, untuk lurah sendiri setidaknya sudah 3 atau 4 kali berganti di Kel. Muara Dua ini.

Adat Belanger ini setiap hampir setiap tahun dilaksanakan pada jaman pemerintahan Muara Dua masih di kepalai oleh seorang Kerio/Kerie, akan tetapi setelah berganti menjadi kelurahan seingat saya sudah tidak pernah lagi diadakan acara adat belanger ini. Tradisi belanger ini berupa mandi kembang, yang dilakukan bersamaan dengan ruwatan kampung atau sedekah pedusun. Tujuan utama Belanger adalah mensucikan dusun beserta penduduknya agar terhindar dari marabahaya dan kesusahan dimasa yang akan datang, akan tetapi seiring kemajuan jaman maka cara mensucikan kampung atau desa dengan adat seperti diatas sudah tidak relepan lagi dengan keadaan sekarang ini, sehingga mau tidak mau adat belanger ini mulai ditinggalkan, akan tetapi penulis berkeinginan untuk melestarikannya untuk sebagai catatan sejarah kelam akan tumbuh kembangnya desa Muara Dua dari jaman dulu hingga ke jaman anak cucu bahkan cicit kita nanti.
Belanger ini biasanya diadakan 1 tahun sekali dan dibarangi dengan Sedekah Pedusun, sedekah orang 1 dusun secara bersama-sama, sekali gus berkumpulnya seluruh warga desa, baik yang di talang, kebun, atau perantauan, akan bertemu di acara sedekah pedusun sekaligus acara belanger ini.
Dalam melaksanakan adat belanger ini ada beberapa tahapan, yang pertama diadakan musyawarah pertemuan Kerie dan penggawe beserta para sesepuh desa dibalai pertemuan, guna pertemuan ini adalah mambahas masalah biaya dan hal hal yang diperlukan dalam melaksanakan adat belanger ini.

Setelah diputuskan apa apa yang diperlukan dalam melaksanakan upacara belanger maka akan diumumkan oleh para pemangku adat dengan cara berkeliling kampung  dengan cara BERUNDA, Yang dimaksud dengan berunda yaitu dengan menabuh canang atau bendi terbuat dari kuningan dan berbentuk bulat dan ada benjolan bulat sebesar bola kasti berkeliling kampung untuk memberitahukan bahwa aka nada suatu hajatan, begini kira kira isi berita dari berunda itu :

Kampung ini
Aneng suare bendi perintah kerie ngan penggawe
Sedapat mate gawi
Sehisok kite kumpul kebalai segale-gale dalam rangka nak sedekah pedusun dan belanger
Setiap rumah diwajibkan membawe puntong/ kayu bakar 5 potong per kepala kelaurga
Sumbanang duit Rp. 150.- / orang atau disebut sebatang nyawe
Ade gawi nak minte gawikan nye
Ade makan kite makan same-same
Dek atek makan malang kite segale-gale

Setelah mendengar pengumuman ini, maka biasanya keesokan hari nya akan dibunyikanlah tawak-tawak, Tawak tawak ini terbuat dari kayu yang berbentuk bulat dari kayu bulat dan di lubangi sedikit, sehingga jika di pukul akan mengeluarkan suara yg nyaring, dan suara tawak-tawak ini akan terdengar jauh sampai seluruh pelosok desa. Itulah cara untuk memanggil warga agar segera datang kebalai desa untuk menghantarkan kayu bakar dan uang ke balai desa dan acara menghantarkan kayu bakar dan uang tersebut disebut dengan istilah BEGERAI.

Setelah uang dan kayu bakar terkumpul maka disiapkan lah segala macam bentuk persedekahan, para ibu ibu dan bapak-bapak membantu memasak nasi dan lauk pauk serta persiapan sesaji yang akan dilarung atau di anyotkan= dihanyutkan ke sungai kelekar, dan ada lagi sesaji yang akan di letakan di Rimbo atau himbe, sesaji ini  di lakukan oleh kepala adat atau istilah kepala menyan, sekali gus untuk memimpin acara belanger ke esokan harinya.

Setelah rangkai acara diatas terselesaikan, maka diumumkan lagi bahwa acara belanger akan segera dilaksanakan keesokan harinya biasanya sekitar pukul 3 atau 4 sore, dan dilakukan di jalan umum depan balai desa, semua penduduk tumpah ruah kejalanan dan berbaris membentuk dua bagian kiri dan kanan dan ditengah tengah jalan itulah ketua adat akan menyemburkan air dengan menggunakan daun selasih kearah penduduk yg berbaris dijalan tadi. Bagi yang terkena semburan air itu akan berteriak histeris, bagi yang terkena air itu berarti keberkahan akan datang kepada orang orang yg terkena semburan air dari ketua adat tersebut.
Semua penduduk desa akan terlihat gembira dan suka cita menyambut upacara belanger ini, betapa tidak yang dari kebun, talang dan yang di perantauan biasanya akan pulang kampung untuk mengikuti adat belanger ini, sekalian bersilaturahmi karena sudah lama tidak bertemu keluarga.

Setelah belanger ini maka ada satu lagi acara yaitu BESUKUM, yakni minta sukum atau katakanlah meminta berkah dengan ketua adat, maka penduduk akan berebutan naik kebalai untuk minta sukum kepada ketua adat, sukum ini dilakukan oleh ketua adat dengan menyentuh bagian kening orang yang akan di sukum yang tentunya sambil membacakan mantra-mantra.
Aku nek…, aku Puyang…., aku pule Wak,  aku..aku……begitulah teriakan orang orang yang mau minta sukum kepada ketua adat.

Itulah sedikit cerita tentang BELANGER, sudah pasti cerita diatas tidak sempurna, itu hanya sebagian yang penulis ingat, kedepan Penulis Insya Allah akan merevisi ulang tentang adat belanger ini sehingga urutan awal hingga akhir adat belanger ini bisa tertulis dengan sempurna untuk sebagai bagian sejarah muara dua.
Demikianlah tulisan saya, sekedar mengenang sejarah kampung halaman saya. Bila ada yang berkenan, atau ada yang merasa tersinggung saya mohon maaf, kepada Tuhan saya mohon ampun.

Kepada warga Muara Dua yang ada menyimpan fhoto fhoto waktu belanger dimohon bantuannya untuk mengirimkan nya kepada redaksi M2pos ini.

Catatan :

Belanger : Bersuci diri agar terhindar dari bahaya, Mandi kembang
Langer : Air dengan ramuan beberapa macam kembang
Berunda : Pengumuman, pemberi tahuan, mengabarkan
Begerai : Membayar,  member sumbangan
Besukum : Meminta berkah, Sukum : memberkahi
Sukum ini ada ucapannya akan tetapi penulis tidak hapal dan tahu, padahal sudah sering penulis tanyakan.

Salam penulis

Orbansyah Johar

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sedekah Pedusun / Belanger"

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung di blog muaraduapos ini, semoga informasi di blog ini bisa menjadi salah satu rujukan anda dalam mendapatkan informasi seputar adat istiadat Muara Dua Prabumulih ini.