Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

BELADANG PADI (BEUME HIMBE)

 
Ilustrasi Beume Himbe / Beladang


BELADANG PADI  (BEUME HIMBE)


Setelah selesai sedekah  sedekah pedusun baru masyarakat ramai-ramai memeriksa hutan yang akan dikebuni sekaligus merinstis perbatasan dengan orang kiri kanan depan dan belakang. Kemudian membuat bali-bali disudut tempat berhenti yaitu menebas sekira luasnya 10 x 10 meter yang dinamakan “mbali-mbali” sebagai pertanda hutan tersebut akan dibuka.

Selesai mbali-mbali diteruskan dengan sedekah behete ketan hitam, ditanam empat penjuru ume sambil memohon kepada penunggu hutan dan penciptanya bahwa hutan tersebut akan dibuka untuk berladang padi.

Pada waktu akan mulai nebas, membawa lagi behete untuk mohon semoga waktu menebas dan menebang selamat tidak ada aral rintangan. Selesai nebas-nebang ditunggu hingga 15 hari untuk kemudian ditunu (bakar). Sewaktu akan membakar, sedekah lagi, mohon kepada sang pencipta bahwa tempat tersebut akan dibakar, semoga apinya tenang, masak dan tidak melahap kekebun orang disebelahnya.Selesai acara pembakaran inilah baru tercipta yang namanya “ume himbe”. Proses selanjutnya yaitu membersihkan dahan dan ranting yang berserakan yang dinamakan “mandok” dan biasanya diterruskan dengan “ngandang” (membuat pagar sekeliling kebun).

Setelah selesai barulah proses berikutnya yaitu bercocok tanam atau menanam padi. Sewaktu akan menabur benih pertama dibuatlah tempat khusus, disanalah ditanam tumbuh-tumbuhan yang banyak air dibatangnya seperti timah-timah, bumbu muda dan lain-lain. Kemudian sedekah menyembelih ayam hitam untuk mohon kepada sang pencipta bahwa akan mulai bertanam padi, melepas dewi seniang seri berangkat selama 5 bulan 10 hari agar kembali, sedekah ini dinamakan sedekah “culekkan benih”. Kemudian baru mulai menanam padi yang dimulai dengan “nugal” (membuat lubang ditanah) untuk kemudian diisi dengan bibit padi. (pekerjaan ini biasanya dilakukan secara bergotong royong / besahian nugal.

Setelah padi berumur lebih kurang 40 hari diadakan sedekah lagi yaitu sedekah “ata bene” dengan membuat apam (serabi) dari tepung beras kemudian dimasak dengan gula merah. Tujuannya supaya padi tumbuh subur, buahnya tidak hampa dan tidak diganggu hama tanaman.

Setelah padi masak semua siap auntuk dipanen (ketam) didahului dengan acara “ngebat” yaitu sedekah membuat apam besak (serabi besar) dengan tujuan  menyambut kepulangan dewi seniang sri setelah 5 bulan 10 hari dan mohon kepada Allah bahwa akan mulai ngetam supaya berhasil banyak dan bermanfaat nantinya.

Apabila padi selesai diketam (dituai), padi dijemur, ditumbuk, kemudian dimasak, lalu mengajak sanak famili kerumah untuk mengadakan acara makan padi baru sekalian sedekah bersyukur kepada Allah yang disebut “sedekah nanak padi anyar”.

Manakala masyarakat desa selesai panen padi secara keseluruhan, maka mereka mengadakan acara sedekah adat tanda bersyukur kepada Allah dan berterima kasih kepada sang pencipta atas nikmat dan rezeki yang diberikan sepanjang tahun tersebut yaitu “sedekah pagi” namanya.

Catatan :
Sedekah ata bene
Sedekah nanak padi anyar
Sedekah pagi

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "BELADANG PADI (BEUME HIMBE)"

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung di blog muaraduapos ini, semoga informasi di blog ini bisa menjadi salah satu rujukan anda dalam mendapatkan informasi seputar adat istiadat Muara Dua Prabumulih ini.