Affiliate Banner Unlimited Hosting Indonesia

Betandang

Yang dimaksud dengan kata ‘betandang’ bisa juga dikategorikan betamu, tetapi yang dimaksud ini betamu pada waktu malam hari, berkisar lepas Isya sampai jam 10 malam.

Betandang lumrah disebut untuk bujang-bujang, jika ingin bertemu dengan gadis-gadis, hal ini dilakukan oleh dua atau tiga orang bujang, tidak pernah sendirian. Caranya, pada saat hari sudah malam, baru bujang turun dan mengajak kawan untuk betandang. Setelah menyiapkan segala sesuatu seperti rokok, alat bunyi-bunyian seperti serdam, ginggung dan gitar, pilih satu diantaranya. Aaat-alat ini biasa dipakai seperti ginggung yang dibunyikan dengan mulut dan dipetik pakai jari pada tahun 1930, kemudian diganti dengan serdam karena bahan pembuat ginggung susah sulit ditemukan dan pembuatnya tidak ada lagi. 

Serdam
, kalau sekarang disebut ‘suling’, tetapi bedanya serdam mempunyai lubang angin 3 buah dan bahan lebih dan agak panjang. Serdam juga hanya berjalan  sampai tahun 1940 karena tidak ada lagi yang bisa membuat dan penabuhnya sudah langka.

Disampaing serdam, orang zaman itu sudah ada yang menciptakan gitar, tapi bahannya terbuat dari kayu pelawi yang besar, jadi gutarnya tidak menggunakan lem perekat atau paku tetapi suaranya cukup melengking dan enak didengar.  Gitar ini bisa bertahan sampai tahun 1970.

Akhirnya karena zaman dan pengaruh budaya barat, jika ingin kerumah gadis untuk betandang cukup dengan ketukan mulut atau jari seperti orang mengetuki hewan piaraan. Setelah siap si bujang berangkat dari rumah dan langsung membunyikan alat musiknya menuju rumah keribangannya atau tunangannya bila telah ditunangkan.

Sampai dirumah gadis, istirahat sambil menunggu sambutan dari sang gadis dan menunggu sampai orangtua (bapak si gadis) turun dari rumah, baru si bujang berani naik kerumah. Jika sudah masuk, bujang duduk didekat dinding depan dan gadis ditengah rumah, bujang satunya terus kedalam bincang-bincang dengan ibu si gadis didalam ruangan lain sampai turun dari rumah untuk pulang.

Kadang-kadang pindah lagi kerumah gadis yang lain, baru pulang kerumah untuk istirahat tidur. Sambil pulang biasanya mereka masih melantunkan tembang lagu daerah rambang yang diiringi dengan pentingan gitar sehigga bukan tidak mungkin ibu-ibu yang lain terbangun, sering juga sang bapak keluar dari rumah menunaikan rombongan bujang yang betembang sambil begitar dimalam hari yang sunyi sepi bagai tiada penghuninya.

Sekarang ini budaya betandang tidak serapih zaman dahulu karena masuknya budaya barat dan tembang-tembangnya tinggal lagi dapat kita dengar melalui kaset-kaset rekaman dengan lagu-lagunya seperti : Tige Serangkai, Nasib Melarat, Keduntang, Sayang Melayang, Ribu-Ribu, Setangkai Bunge, Sarak Bekundang.

Catatan :
Betandang = Bertamu (biasanya malam hari untuk bujang gadis)
Serdam = Sejenis Seruling berlubang 3 buah

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Betandang"

Post a Comment

Terima kasih telah berkunjung di blog muaraduapos ini, semoga informasi di blog ini bisa menjadi salah satu rujukan anda dalam mendapatkan informasi seputar adat istiadat Muara Dua Prabumulih ini.